Selasa, 18 Oktober 2016

FABEL
ISTANA SANG BELALANG
Oleh: Naila F.A.


                                    

          Di sebuah padang rumput yang sangat luas dan subur, berdirilah sebuah negeri belalang. Negeri belalang itu sangat makmur. Setiap hari mereka tidak pernah kehabisan makanan karena rumput di sana sangat hijau dan lebat.
Rakyat belalang bergotong royong membangun kerajaan yang diberi nama Istana Belalang. Mereka sangat menghormati penguasa Istana Belalang. Mereka sering memanggilnya dengan panggilan Tuan Raja Belalang. Tuan Raja Belalang adalah raja yang baik hati, penyayang, dan bijaksana.
  
               Suatu ketika, kerajaan belalang dilanda kekeringan. Saat itu, terjadi musim kemarau yang paling parah sepanjang sejarah negeri belalang. Rakyat belalang pun mengadu kepada Tuan Raja Belalang di Istana.
         “Tuan Raja, kami sudah tidak tahan dengan panasnya musim kemarau saat ini. Anak-anak kami menangis minta air, padahal sungai di negeri ini mengering semua. Persediaan makanan kami hampir habis karena rumput-rumput hijau berubah menjadi kering. Apa yang harus kami lakukan Tuan Raja?”, kata seorang rakyat belalang yang mengadu ke Istana. Ia merasa cemas.
     Tuan Raja Belalang pun menjawab, “Hai rakyatku, jika memang itu yang kalian keluhkan, maka sekarang juga kalian harus mengungsi sementara dari negeri ini”.
           “Tapi kami harus mengungsi kemana wahai Rajaku?”, tanya rakyat belalang.
Dengan tegas Sang Raja menjawab, “Akan kukirimkan kalian ke negeri seberang. Aku telah mendapat kabar dari Raja Belalang Kota bahwa negeri mereka masih aman untuk mencari makan dan minum”.
“Baiklah Tuan”, jawabnya patuh.
“Prajurit Istana akan mengawal kalian terbang ke sana”, imbuh Raja.
“Terima kasih Tuan Raja”, ucapnya.
Keesokan harinya, ratusan rakyat belalang pun bersama-sama terbang ke negeri yang telah ditunjuk oleh Tuan Raja. Sampai di sana, mereka disambut oleh Raja Belalang Kota.
“Selamat datang rakyat Negeri Belalang Padang Rumput. Aku telah mendapat kabar dari Raja kalian. Jangan khawatir, aku akan membantu kalian. Sekarang, kalian bisa pergi ke sungai atau daerah sekitar untuk mencari makan dan minum di negeri kami”, kata Raja.
 “Terima kasih Raja”, jawab mereka.

Rakyat belalang pun segera pergi mencari makan dan minum. Tidak tampak lagi kesedihan. Mereka dengan riang gembira terbang kesana kemari. Ada yang mencari minum di sungai ataupun kolam. Ada yang mencari makan di dedaunan. Ada juga yang di persawahan.
Namun, tiba-tiba ada kabar dari beberapa rakyat belalang yang mencari makan. Mereka melapor kepada Raja Belalang Kota.
“Tolong…tolong…!!! Wahai Raja, beberapa kawan kami ada yang ditangkap oleh anak-anak manusia dan terluka”, lapornya dengan wajah gelisah.
                                                                    
Raja Belalang Kota pun kaget mendengar cerita tesebut. Ia teringat, ia lupa memberi tahu bahwa negeri ini berbeda dengan negeri padang rumput. Di sini banyak makhluk lain selain belalang, yaitu manusia. Ia pun merasa bersalah dan segera minta maaf.
“Benarkah? Maafkan aku rakyat belalang”, ucapnya dengan perasaan menyesal.
“Bawa teman kalian yang masih selamat dan terluka, kemari. Akan kudatangkan dokter untuk mengobati mereka”, kata Raja. Ia ingin menebus kelalaiannya.
“Baik Raja”, jawab rakyat belalang.
Kabar ini terdengar sampai ke telinga Tuan Raja Belalang di Padang Rumput. Dengan cepat ia menyusul ke Negeri Belalang Kota. Lalu, ia meminta rakyatnya berkumpul.
“Rakyatku, aku sudah mendengar kabar tentang kalian. Sebenarnya, kalian bisa mencari makan dan minum di sini. Tetapi ingat, berhati-hatilah! Jangan sampai manusia tahu kehadiran kalian. Kalian bisa menyamar di balik rumput-rumput atau dedaunan. Paham?”, nasihat Tuan Raja.
“Paham Tuan”, jawab mereka.
Atas saran Sang Tuan Raja, akhirnya mereka pun bisa hidup mencari makan dan minum di sana.
Setelah beberapa bulan berlalu, musim kemarau di negeri padang rumput berakhir. Musim hujan pun tiba. Rakyat belalang kembali pulang.

Sampai di negeri padang rumput, Sang Tuan Raja mengundang seluruh rakyat ke Istana Belalang untuk menyambut musim hujan dengan doa bersama sebagai rasa syukur pada Tuhan. Kemudian dilanjutkan perayaan dengan suka cita.
“Horeee…horeee…!”, teriak semua rakyat belalang.
Negeri Belalang padang rumput pun kembali subur dan makmur.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar