FABEL
ISTANA
SANG BELALANG
Oleh: Naila F.A.
Di sebuah padang rumput yang sangat luas dan subur, berdirilah
sebuah negeri belalang. Negeri belalang itu sangat makmur. Setiap hari mereka
tidak pernah kehabisan makanan karena rumput di sana sangat hijau dan lebat.
Rakyat
belalang bergotong royong membangun kerajaan yang diberi nama Istana Belalang. Mereka
sangat menghormati penguasa Istana Belalang. Mereka sering memanggilnya dengan
panggilan Tuan Raja Belalang. Tuan Raja Belalang adalah raja yang baik hati, penyayang,
dan bijaksana.
Suatu ketika, kerajaan belalang
dilanda kekeringan. Saat itu, terjadi musim kemarau yang paling parah sepanjang
sejarah negeri belalang. Rakyat belalang pun mengadu kepada Tuan Raja Belalang
di Istana.
“Tuan Raja, kami sudah tidak tahan dengan panasnya musim
kemarau saat ini. Anak-anak kami menangis minta air, padahal sungai di negeri ini
mengering semua. Persediaan makanan kami hampir habis karena rumput-rumput hijau
berubah menjadi kering. Apa yang harus kami lakukan Tuan Raja?”, kata seorang
rakyat belalang yang mengadu ke Istana. Ia merasa cemas.
Tuan Raja Belalang pun menjawab, “Hai rakyatku, jika memang
itu yang kalian keluhkan, maka sekarang juga kalian harus mengungsi sementara
dari negeri ini”.
“Tapi kami harus mengungsi kemana wahai
Rajaku?”, tanya rakyat belalang.
Dengan
tegas Sang Raja menjawab, “Akan kukirimkan kalian ke negeri seberang. Aku telah
mendapat kabar dari Raja Belalang Kota bahwa negeri mereka masih aman untuk
mencari makan dan minum”.
“Baiklah
Tuan”, jawabnya patuh.
“Prajurit
Istana akan mengawal kalian terbang ke sana”, imbuh Raja.
“Terima
kasih Tuan Raja”, ucapnya.
Keesokan
harinya, ratusan rakyat belalang pun bersama-sama terbang ke negeri yang telah
ditunjuk oleh Tuan Raja. Sampai di sana, mereka disambut oleh Raja Belalang
Kota.
“Selamat
datang rakyat Negeri Belalang Padang Rumput. Aku telah mendapat kabar dari Raja
kalian. Jangan khawatir, aku akan membantu kalian. Sekarang, kalian bisa pergi
ke sungai atau daerah sekitar untuk mencari makan dan minum di negeri kami”, kata
Raja.
“Terima kasih Raja”, jawab mereka.
Rakyat
belalang pun segera pergi mencari makan dan minum. Tidak tampak lagi kesedihan.
Mereka dengan riang gembira terbang kesana kemari. Ada yang mencari minum di
sungai ataupun kolam. Ada yang mencari makan di dedaunan. Ada juga yang di
persawahan.
Namun,
tiba-tiba ada kabar dari beberapa rakyat belalang yang mencari makan. Mereka
melapor kepada Raja Belalang Kota.
“Tolong…tolong…!!!
Wahai Raja, beberapa kawan kami ada yang ditangkap oleh anak-anak manusia dan
terluka”, lapornya dengan wajah gelisah.
Raja
Belalang Kota pun kaget mendengar cerita tesebut. Ia teringat, ia lupa memberi
tahu bahwa negeri ini berbeda dengan negeri padang rumput. Di sini banyak
makhluk lain selain belalang, yaitu manusia. Ia pun merasa bersalah dan segera
minta maaf.
“Benarkah?
Maafkan aku rakyat belalang”, ucapnya dengan perasaan menyesal.
“Bawa
teman kalian yang masih selamat dan terluka, kemari. Akan kudatangkan dokter
untuk mengobati mereka”, kata Raja. Ia ingin menebus kelalaiannya.
“Baik
Raja”, jawab rakyat belalang.
Kabar
ini terdengar sampai ke telinga Tuan Raja Belalang di Padang Rumput. Dengan
cepat ia menyusul ke Negeri Belalang Kota. Lalu, ia meminta rakyatnya
berkumpul.
“Rakyatku,
aku sudah mendengar kabar tentang kalian. Sebenarnya, kalian bisa mencari makan
dan minum di sini. Tetapi ingat, berhati-hatilah! Jangan sampai manusia tahu
kehadiran kalian. Kalian bisa menyamar di balik rumput-rumput atau dedaunan. Paham?”,
nasihat Tuan Raja.
“Paham
Tuan”, jawab mereka.
Atas
saran Sang Tuan Raja, akhirnya mereka pun bisa hidup mencari makan dan minum di
sana.
Setelah
beberapa bulan berlalu, musim kemarau di negeri padang rumput berakhir. Musim
hujan pun tiba. Rakyat belalang kembali pulang.
Sampai
di negeri padang rumput, Sang Tuan Raja mengundang seluruh rakyat ke Istana
Belalang untuk menyambut musim hujan dengan doa bersama sebagai rasa syukur
pada Tuhan. Kemudian dilanjutkan perayaan dengan suka cita.
“Horeee…horeee…!”,
teriak semua rakyat belalang.
Negeri
Belalang padang rumput pun kembali subur dan makmur.
***